Permintaan energi primer global akan terus tumbuh seiring meningkatnya kebutuhan energi karena jumlah penduduk yang terus bertambah dan adanya pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi lain, anggota G20 dan negara-negara di dunia telah menetapkan target pencapaian net zero emission (NZE) sejalan dengan adanya Perjanjian Paris.
JAKARTA, 21 SEPTEMBER 2022 – Permintaan energi primer
global akan terus tumbuh seiring meningkatnya kebutuhan energi karena jumlah
penduduk yang terus bertambah dan adanya pertumbuhan ekonomi. Namun di sisi
lain, anggota G20 dan negara-negara di dunia telah menetapkan target pencapaian
net zero emission (NZE) sejalan dengan adanya Perjanjian Paris.
Komitmen
Indonesia untuk mencapai target NZE terus digaungkan, salah satunya melalui
transisi energi. Bahkan transisi energi menjadi salah satu topik utama yang
akan dibahas dalam KTT G 20 November mendatang di Bali. Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia menargetkan
penurunan emisi hingga 29% dengan upaya sendiri atau hingga 41% dengan bantuan
Internasional.
Namun
demikian, berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), konsumsi minyak
Indonesia akan meningkat sebesar 139 persen, dan konsumsi gas akan meningkat
hampir 300 persen. Selain itu, diproyeksikan juga bahwa penduduk Indonesia akan
meningkat lebih dari 23 persen menjadi hampir 350 juta dalam 30 tahun
mendatang. Dengan kondisi demikian, industri migas Indonesia saat ini tengah
menghadapi dua tantangan, yaitu memenuhi kebutuhan energi Indonesia dan
mengurangi dampak emisi karbon. Menghadapi dua tantangan energi tersebut,
dibutuhkan solusi multi dimensi.
“Melihat situasi ini, tantangan
energi Indonesia membutuhkan solusi multi-dimensi. Percepatan transisi energi
Indonesia membutuhkan upaya bersama,” ujar Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA), Irtiza
H. Sayyed, pada Upacara Pembukaan
Pameran dan Konvensi IPA ke-46 dengan tema “Addressing the Dual
Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate
Change”, Rabu, 21 September 2022 di
Jakarta Convention Center (JCC).
Menurut
Irtiza, dalam 10-20 tahun ke depan, industri hulu migas perlu mengembangkan dan
menggali potensi migas Indonesia mengingat tingginya kebutuhan energi yang ada.
“Upaya ini akan memenuhi dua kebutuhan sekaligus, yaitu: meningkatkan
penerimaan negara dan memenuhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan Indonesia,”
ujarnya.
Selain
mendorong peningkatan produksi migas, lanjut dia, industri migas saat ini juga
tengah fokus untuk menurunkan emisi karbon. Dalam kegiatan operasional dan
produksinya, perusahaan migas terus mengembangkan berbagai teknologi yang dapat
mengurangi emisi karbon dan menghasilkan energi yang lebih bersih.
Salah satu teknologi yang paling menjanjikan untuk
mencapai emisi yang lebih rendah adalah Carbon
Capture and Storage (CCS). Penerapan teknologi rendah karbon ini bertujuan
untuk mengurangi emisi guna mencapai emisi nol netto pada 2050 atau lebih
cepat. Namun, dukungan kebijakan diperlukan untuk mendorong investasi.
“Dalam kasus teknologi seperti CCS, investasi yang
dibutuhkan sangat besar, dan penerapan pada skala industri merupakan komitmen
jangka panjang. Untuk meyakinkan bisnis jangka panjang terhadap investasi
semacam itu, para pemangku kepentingan berharap bahwa kebijakan pemerintah akan
mendukung teknologi yang mereka bantu besarkan,”
Irtiza
menambahkan, transisi ke
energi berkelanjutan memerlukan kerjasama yang erat antar pemangku kepentingan,
baik dari pelaku industri dan juga pemerintah.
“Kita
memainkan peran yang menentukan dalam mendukung transisi energi sambil memenuhi
permintaan energi yang tengah melonjak, Selain itu, dibutuhkan upaya yang luar
biasa dan kolektif untuk mencapai energi yang berkelanjutan dan andal. Jadi,
mari bersama-sama menyusun skenario untuk masa depan yang lebih rendah karbon,”
ujar dia.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral,
Arifin Tasrif, dalam sambutan pembukaannya menyampaikan bahwa Pemerintah
Indonesia menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan perubahan iklim dan transisi
energi menuju Net Zero Emission pada 2060. Namun demikian, peran minyak dan gas
bumi dalam transisi energi sangat penting karena bahan bakar fosil masih
memegang peranan penting dalam tuntutan
pemenuhan energi nasional. “Untuk itu diperlukan proses transisi yang terukur
dan harus mengelola sistem energi untuk disesuaikan,” kata dia.
Arifin menambahkan, dalam konteks energi rendah
karbon, peran gas alam sangat penting sebagai energi transisi sebelum dominasi
bahan bakar fosil beralih ke energi terbarukan dalam jangka panjang. “Tentu
saja, transisi energi ini akan dilakukan dalam beberapa tahap dengan
mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan, “ ujar
dia.
Menurutnya, untuk mencapai keseimbangan antara
peningkatan produksi minyak dan gas dan target emisi karbon, diperlukan inovasi
teknologi rendah emisi misalnya melalui
penerapan CCUS. Saat ini ada 14 proyek CCS/CCUS di Indonesia, namun semua
kegiatan masih dalam tahap studi/persiapan, namun sebagian besar ditargetkan
onstream sebelum 2030.
“Salah satu
proyek menjanjikan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah Tangguh
Enhanced Gas Recovery (EGR) dan CCUS. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi
emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga tahun 2035 serta meningkatkan
produksi hingga 300 BSCF hingga 2035. Tangguh EGR/CCUS dapat menjadi role model
pengembangan gas di Indonesia ke depan,” kata dia.
Arifin menyampaikan saat ini, Pemerintah sedang
menyusun Peraturan Menteri tentang CCS/CCUS. Pada langkah pertama, fokus utama
adalah mengatur CCS/CCUS untuk Enhanced Oil Recovery, Enhanced Gas Recovery
atau Enhanced Coal Bed Methane di wilayah kerja migas. “Kami masih
memfinalisasi draf dan peraturan ini menjadi salah satu prioritas kami,” kata
dia.
Arifin optimistis, melalui kerjasama internasional,
industri migas dapat mengatasi semua tantangan dengan menerapkan semua
teknologi yang dapat lebih membantu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca
menuju Net Zero Emissions.
“Kami mengundang kontribusi semua pemangku kepentingan
terkait dalam mengeksplorasi, memproduksi dan mengembangkan sektor migas
Indonesia, serta memunculkan inovasi-inovasi baru dan solusi memuaskan yang
akan membawa kesejahteraan bagi kita semua.” ujar dia.
Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, dalam
sambutan yang disampaikan melalui rekaman video menjelaskan bahwa industri migas
tetap strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Menurutnya, peran industri
ini bahkan lebih signifikan karena Indonesia mendukung Perjanjian Paris untuk
mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 atau sebelumnya dengan menyediakan
energi bersih yang sangat dibutuhkan yang membantu kita bertransisi ke lebih
banyak energi terbarukan dalam bauran energi.
“Ini bukan tugas yang mudah – karena kita harus
menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pada saat yang sama akan membutuhkan
sumber energi yang melimpah, terjangkau, dan dapat diandalkan,” kata dia.
Luhut menyampaikan, bahwa Indonesia masih sangat
menarik untuk para investor. Pasalnya, pertumbuhan Indonesia selama tiga
kuartal terakhir lebih dari 5% meskipun konflik terjadi di Ukraina, dan dunia
masih belum pulih dari pandemi. “Ini mengesankan dibandingkan dengan tetangga
kita dan bahkan negara maju. Saya mengapresiasi semua pihak, termasuk industri
migas, yang telah mendukung pencapaian tersebut, satu hal yang pasti adalah
orang ingin berinvestasi di Indonesia,” kata dia.
Menurutnya, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
tetap positif, ketersediaan dan keamanan energi menjadi lebih penting dari
sebelumnya untuk mendukung pertumbuhan Indonesia.
Luhut mengapresiasi industri migas yang telah
menemukan berbagai lapangan migas baru seperti Premier Oil yang baru saja
menemukan lapangan gas baru di lepas pantai Aceh; Pertamina Hulu Rokan telah
menyelesaikan lebih dari 350 sumur baru dalam waktu satu tahun setelah
akuisisi; Blok Cepu ExxonMobil untuk mengebor lebih banyak sumur klastik dan
infill.
Ia berharap banyaknya temuan tersebut menarik para
investor untuk berinvestasi di Indonesia. “Kita ingin menunjukkan kepada dunia
betapa menarik dan mudahnya berbisnis di Indonesia, dan kami ingin mereka tidak
hanya bermanfaat bagi masyarakat Indonesia melalui transfer teknologi dan
peningkatan kapasitas, tetapi juga memberikan keuntungan yang baik bagi para
investor,” kata dia.
IPA Convex 2022 yang diselenggarakan bersama Dyandra Promosindo sebagai co-organizer, dan didukung
Kementerian ESDM dan SKK Migas ini akan berlangsung secara hybrid selama
tiga hari, 21-23 September 2022. Acara didukung sejumlah sponsor, baik
perusahaan migas maupun perusahaan lainnya dari industri hulu migas di
Indonesia. Adapun perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor di antaranya: PT. Pertamina Hulu
Energi sebagai sponsor Platinum; bp Berau limited, PT. Energi Mega Persada Tbk.,
ExxonMobil Indonesia, PT Medco Energi Internasional Tbk (MedcoEnergi), Mubadala
Energy dan PETRONAS Indonesia sebagai sponsor Gold; Chevron Indonesia, Sinopec
Indonesia, Harbour Energy dan Schlumberger sebagai sponsor Silver.